Jakarta -
Menteri BUMN Dahlan Iskan sudah 2 kali naik KRL. Apa
yang akan terjadi bila semua pejabat di negeri ini mengikuti Dahlan naik
KRL atau transportasi umum lainnya?
"Karena bosnya naik KA atau
naik sepeda, anak buahnya malu. Kita masih ada budaya paternalistik.
Biasakanlah hari Jumat atau akhir pekan, atau hari Senin bisa naik
kereta api. Rasakan itu menjadi kebijakan, perlu berempati dengan warga
yang bergelut dan berjuang meninggalkan kendaraan pribadinya," ujar
pengamat transportasi dan tata kota dari Universitas Trisakti, Yayat
Supriatna, ketika berbincang dengan detikcom, Jumat (23/12/2011).
Selain
bisa merasakan empati, pejabat yang naik transportasi umum akan
memiliki hubungan yang lebih baik dan akrab dengan warga, seperti tidak
berjarak.
"Pejabat bisa turun seminggu dua minggu sekali, seperti
itu. Orang pasti akan merasa hormat karena ada contoh. Kita itu nggak
ada contoh," jelas Yayat.
Yayat menyayangkan masih minimnya para
pejabat di negeri ini yang naik angkutan umum dan berempati dengan
warganya. Yayat yang juga pengguna KRL dari Bogor ini belum pernah
mendapati pejabat negara atau bahkan petinggi PT Kereta Api Indonesia
(KAI) naik kereta.
"Jarang, jarang saya lihat (pejabat negara
naik KRL), bahkan direksi KAI atau Dirjen Kereta Api. Mereka jarang naik
KA, pejabat-pejabat di situ ngomong doang. Kalau ada pejabat itu contoh
keteladanan," ujar dia.
Bila direksi PT KAI naik KRL setiap
hari, maka Yayat yakin banyak perbaikan di sektor kereta api. "Karena
dipantau pengawasannya setiap hari Jabodetabek bisa tertib, rapi dan
lebih baik," imbuhnya.
Yayat mencontohkan, para pejabat itu akan
merasakan stasiun yang kacau, kumuh seperti di Stasiun Bogor, kemudian
melihat pemukiman-pemukiman kumuh di pinggir jalan rel. Dengan melihat
dan merasakan, para pejabat itu akan bisa menemukan solusi terbaik.
Apakah signifikan dampaknya, bila semua pejabat naik transportasi umum untuk mengurangi kemacetan? "Iya, signifikan."
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar